Rabu, 27 Oktober 2010

Lampu Tanpa Minyak

Di papan pengumuman dekat tangga kantor kami terpampang selebaran pengumuman dari HRD, pengumuman itu berisi anjuran atau himbauan kepada seluruh karyawan untuk membudayakan tertib kerja; baik itu masalah waktu kerja, absensi, dan lain sebagainya yang apabila disimpulkan berkenaan dengan kedisiplinan kerja karyawannya, mungkin di mata Direksi tingkat kedisiplinan karyawannya sudah mulai mengkhawatirkan sehingga merasa perlu adanya anjuran untuk lebih meningkatkan kedisipilannya.
Disiplin -  terlepas dari pengumuman di papan pengumuman di kantor saya - adalah sebuah kata yang sederhana dan begitu familiar di telinga kita, secara sederhana Kedisiplinan atau Disiplin adalah sikap patuh terhada waktu dan peraturan yang ada. Simpel kan? Tapi kenapa kata yang begitu sederhana bagi kita ternyata begitu sulit untuk diwujudkan dalam budaya kerja kita? Setiap orang, entah orang indonesia atau orang luar (meskipun saya ragu kalau orang luar punya masalah dengan kedisiplinan) selalu mematuhi kediplinan itu hanya dalam jangka waktu yang sebentar, kita akan patuh terhadap waktu dan peraturan selama hukum yang mengeluarkan peraturan itu masih hangat diperbincangkan, atau pengumumuman tentang hukum tersebut masih terpampang, setelah itu baik kita atau si pembuat hukum sendiri dengan sendirinya akan keluar dari kedisiplinan tersebut. Kenapa?
Menurut saya – tanpa mau menggurui siapapun – Kedisiplinan atau Disiplin itu sesungguhnya tidak ada! Ya Kedisiplinan itu tidak ada, yang ada hanyalah motivasi! Kedisiplinan tercipta karena adanya motivasi, Kedisiplinan hanyalah efek dari sebuah motivasi. Saya punya contoh, pebasket “raksasa” asal China, Yao Ming, tidak pernah bermimpi untuk menjadi bintang basket NBA di Amerika, dia tidak pernah memiliki impian untuk menjadi atlet basket nasional China, terus kenapa dia bisa seperti ini? Yao Ming kecil sangat hobi basket tapi dia tidak memiliki sepatu basket yang bagus, ketika dia melihat para pebasket yunior di sekolahnya memiliki sepatu bagus dia bertanya bagaimana caranya agar dia bisa memakai sepatu seperti yang mereka pakai? Temannya menganjurkan agar dia masuk klub tersebut agar bisa memakai sepatu basket yang dia inginkan, akhirnya Ming kecil masuk klub basket tersebut dan berlatih dengan keras sehingga dia bisa masuk tim inti dan memiliki seragam dan sepatu yang dia inginkan. Lain waktu Ming melihat pemain nasional memakai sepatu basket yang sangat bagus dan dia sangat mengiginkannya, temannya mengatakan kalau Ming masuk timnas jangankan satu sepatu, sepuluh sepatupun akan dia dapatkan! Lagi-lagi Yao Ming berlatih dengan keras sampai akhirnya dia berhasil masuk timnas, hingga akhirnya kita dan dunia melihat Yao Ming sekarang bukan saja memiliki sepatu basket bagus tapi telah memiliki segalanya; uang, gelar, karir, popularitas, dan sebagainya.
Dari kisah Yao Ming di atas, jelas sekali bahwa dia memiliki motivasi kuat untuk mendapatkan sesuatu yang dia inginkan, ketika motivasi itu talah kuat menyala, berkobar, mengasilkan energi yang luar biasa, maka dengan sendirinya akan membuat si orang tersebut memacu dirinya untuk melakukan tahap-tahap proses yang akan menghantarkannya ke tujuan tersebut, itulah kedisiplinan. Kedisiplinan tercipta dari sebuah motivasi. Jadi tidak ada kedisplinan tanpa adanya motivasi.
Bagi saya motivasi ibarat bahan minyak  yang akan membuat sebuah lampu tetap menyala. Kedisiplinan yang coba diterapkan tanpa adanya suntikan motivasi ibarat lampu yang takberminyak, mungkin akan menyala, tapi hanya bertahan dalam hitungan menit atau malah detik.
Kembali ke pengumuman di kantor saya, dimana isi pengumuman tersebut takjauh dari kedisiplinan, masih menurut saya, itu tidak akan berhasil (lama) tanpa adanya suntikan motivasi dari pihak kantor/perusahaan tersebut. Suntikan motivasi itu bisa berbentuk bonus, kenaikan gaji, kenaikan pangkat, dan lain sebagainya. Misalkan karyawan yang selama empat bulan tidak bolos kerja dan datang tepat waktu maka dia akan dapat bonus, karyawan yang bisa menyelesaikan pekerjaan sesuai target selama lima bulan maka dia akan naik gaji atau dapat bonus umroh, dan lain sebagainya. Bonus-bonus yang akan diberikan perusahaan akan menjadi motivasi buat karyawan untuk meningkatkan kinerjanya menjadi lebih baik, maka dengan sendirinya kedisiplinan itu sendiri akan tercipta. Karena bonus-bonus itu akan manjadi bahan bakar bagi karyawan sehingga api semangat kedisplinan akan terus menyala!
Masih menurut saya, ini hanya sebuah opini pribadi, benar dan tidaknya saya serahkan ke penilaian anda.

1 komentar:

  1. memang bahan bakar sedang mahal untuk kondisi sekarang2 pak...

    Artikel yang menggelorakan semangat....hidup buruh!

    BalasHapus